ELDERLY HEALTH CARE
Perubahan status mental
Kelemahan
kognitif dan perubahan status mental pada lansia lebih sering di sebabkan oleh
konfusi/kebingunggan (akut atau sub akut), demensia, atau depresi. Perubahan
ini melibatkan berbagai tingkat gangguan secara bersamaan dalam kesadaran,
perhatian, persepsi, ingatan, orientasi, berpikir, psikomotor/aktivitas mental,
dan siklus tidur-terjaga
Konfusi/kebingunggan
adalah adalah umum yang mungkin memiliki dasar(basis) organic, emosional, atau
indera dengan gejala yang ringan dan berbahaya. Tingkat kesadaran (LOC) dapat
berfluktuasi sehingga hanya sedikit tanda-tanda kebingungan bisa tak terdeteksi
selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Delirium, sebuah tingkat konfusioanal akut, berdurasi singkat, terjadi
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Sindrom
Sundown dapat dicirikan oleh perilaku hiperaktif seperti berteriak atau
mengembara, yang diperburuk saat mendekati malam hari. Tingkat konfusi akut
disebabkan oleh masalah organic mungkin karena gangguan metabolic
(hiperglikemia atau ketidakseimbangan elektrolit) atau masalah structural
seperti oklusi vascular. Penyebab lain konfusi dan delirium adalah trauma
kepala, infeksi sitemik, kecanduan alcohol, dan keracunan obat. Depresi mungkin
di picu oleh pengobatan tetapi lebih umum menyertai perasaan kehilangan
kemandirian, anggota keluarga, dan teman, atau kemampuan fungsional dari
pasien. Gejalanya berkembang secara bertahap, tetapi onset sering dapat
ditelusuri terhadap peristiwa atau periode tertentu. Tanda-tanda depresi
mungkin muncul secara tipical(biasanya) pada lansia, dengan insiden kelemahan
kognitif atau keluhan somatic. Demensia
adalah kondisi primer, degeneratif progresif. Gejala termasuk gangguan pikiran
dan pola bicara, sering disertai onset berbahaya dan stabil. Gejala-gejala ini
mungkin tumpang tindih. Contohnya, delirium mungkin tumpang demensia yang sudah
ada sebelumnya. Dalam kasus lain, pasien dalam tahap awal demensia mungkin
menjadi depresi ketika mereka menyadari kemunduran mental meraka.
Perawat
harus membedakan gejala-gejala ini, seringnya menjadi tugas yang sulit karena
syndrome ini, meskipun nyata, memiliki sesuatu yang diunggulkan (table 27-4 dan
box hal. 721 sebagai perbandingan). Kondisi ini mungkin muncul sekaligus,
selanjutnya menjadikan diagnostic yang lebih rumit.
Banyak
pasien dirawat di rumah sakit karena penyakit akut yang memperlihatkan
tanda-tanda delirium. Pengetahuan tentang perubahan status mental pada pasien
geriatri demikian penting bagi perawat neuroscience karena pasien neurologis
yang lebih tua mungkin berisiko tinggi untuk gejala gangguan mental dan
kognitif.
Sindrom
konfusi
|
Apasia:
pemahaman yang buruk (sulit memahami), kesulitan berbicara
Delirium:
akut; status mental berfluktuasi, perilaku yang kurang aktif atau hiperaktif
Demensia:
non akut; kemunduran yang progresif terhadap kemampuan kognitif
Depresi:
penurunan mood, kehilangan motivasi, keluhan somatic
Kemunculan kegembiraan:
perilaku seperti merintih, gelisah, dan meronta-ronta setelah pemberian
anastesi
Sundowning:
agitasi, kehawatiran ketika ‘ matahari terbenam’
|
Karena
pasien lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek antikolinergik, pengobatan
tertentu dapat memicu delirium. Alkohol dan depresan SSP lainnya memperburuk
efek negatif bila digunakan bersama
dengan analgesik, antipsikotik, obat kardiovaskular, sedatif-hipnotik, dan
terpusat bertindak antihipertensi. Obat-obatan yang umumnya diaplikasikan untuk
lansia yang mungkin menyebabkan delirium termasuk:
·
Antikolinergik (atropine, benztropine)
·
Agen Antiparkinson (amantadine,
levodopa)
·
Benzodiazepine (diazepam[valium] atau
bersamaan dengan cimetidin [tagamet])
·
Depresan SSP (meperidin [demerol],
codein)
·
Antidepresan trisiklik (amitripilin,
doxepin)
Pengkajian Spesifik/tertentu
Meskipun
penurunan kognitif sering diamati pada lansia, penurunan status mental adalah
tidak diharapkan berkaitan dengan perubahan usia. Oleh karena itu tanda-tanda
gangguan kognitif dan mental harus benar-benar dikaji karena mungkin menjadi
sekunder untuk gangguan yang mengancam jiwa. Penyebab utama kemungkinan
kemunduran mental termasuk penyakit hati, ginjal dan tiroid, hipoksia, diabetes,
infeksi virus, AIDS, penyakit huntington, parkinson, aterosklerosis, CVA,
iskemia serebral trancient, tumor, dan infeksi SSP.
Kognitif
dan status mental harus dinilai secara rutin, sistematis, dan komprehensif.
Untuk mencapai tujuan ini, pilihan alat penilaian tidak begitu penting
melainkan alat yang sama digunakan secara sistematis.
Intervensi Keperawatan
Perubahan
status mental yang parah mungkin memerlukan rujukan neuropsikologi dan
psikiatris untuk menentukan etiologi dari perubahan status mental. Intervensi keperawatan
dan medis termasuk tinjauan pengobatan dan manajemen, pengobatan akut, penyebab
berkontribusi terhadap penurunan, (misalnya, pengobatan gangguan elektrolit yang
menyebabkan delirium), dan terapi suportif untuk pengelolaan delirium, demensia,
atau depresi. Terapi suportif untuk pasien delirium termasuk adalah orientasi dan komunikasi,
modifikasi lingkungan seperti penggunaan kalender yang tepat, lampu malam, dan
jam, mobilisasi dan pelestarian/menjaga status fungsional, dan dukungan
keluarga dan pasien dan kontak.
Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa program latihan yang diselenggarakan mungkin
bermanfaat bagi pasien geriatri dengan masalah perilaku yang berhubungan dengan
demensia. Olahraga dapat mengimbangi dan mengganti perilaku berulang, seperti
menarik-narik pakaian atau mengembara(seperti gelandangan), dan mungkin menjadi
alternatif untuk mengendalikan zat kimia dan fisik.
Pasien
lansia menderita depresi dapat merespon positif terhadap perawatan yang tepat,
termasuk psikoterapi, intervensi farmakologis, dan pengobatan electroconvulsive
(ECT)
Perubahan thermoregulatory/pengaturan
suhu
Pada
orang dewasa yang lebih tua, faktor yang parah dapat berkontribusi terhadap
perubahan dalam sistem thermoregulator, termasuk perubahan usia di hypothalamus yang menyebabkan thermogenesis tergangguan,
gangguan sensitivitas terhadap perubahan suhu, dan vasokonstriktor otonom yang
abnormal dalam berespon terhadap dingin sehingga kemampuan menggigil terganggu.
ketika themperature tubuh turun di bawah 35 C, hipotermia hadir. ketika
themperature tubuh secara abnormal meningkat, hypertermia, yang kadang-kadang disebut
haetstroke atau hiperpireksia, terjadi. baik hipotermia dan hipertermia, untuk
sebagian besar, penyakit orang tua. keduanya dapat memiliki konsekuensi serius
dan dapat menyebabkan cacat berat atau kematian.
Beberapa
obat umum dikenal dapat memicu atau
memperburuk penyakit yang berhubungan dengan panas, termasuk alkohol (ETOH),
antidepresan trisiklik (TCA), inhibitor monoamine axidase (MAOIs), relaksan
otot rangka, fenotiazin, antipsikotik, salisilat, hormon tiroid, dan
antihistamin. Perawat Neuroscience seharusnya juga menyadari penyakit cronic
yang dapat mempengaruhi pasien sehingga terjadi hipotermia. Stroke, hipotiroid,
arthritis, kekurangan gizi, penyakit parkinson, dan trauma kepala dapat
berkontribusi untuk hipotermia dengan meningkatkan kehilangan panas, penurunan
produksi panas, atau mengganggu termoregulasi pada SSP
Presentasi
klinis hipotermia
|
||
Tanda
awal (32-35 C)
Kelelahan
Kelemahan
Gaya berjalan lambat
Apatis
Ucapan tidak jelas
Kebingungan
Gemetaran
Kulit dingin
Sensasi dingin
|
Tanda
berikutnya (selanjutnya) 28-30 C
Kulit dingin
Hypopnea
Sianosis
Bradikardi
Disritmia atrial dan ventricular
Hipotensi
Semicoma dan koma
Kekakuan otot
Adema
Perlambatan reflex
Reaksi pupil lambat
Poliuria atau oligouria
|
Tanda
akhir (< 28 C)
Kulit sangat dingin
Kekakuan
Apnea
Nadi menghilang- fibrilasi vebtrikular
Tidak ada reflex
Tidak berespon
Pupil tetap
|
Table 27-4 gambaran klinis
konfusi, demensia dan depresi
|
|||
Gambaran
|
Konfusi
|
Demensia
|
Depresi
|
Onset
|
Akut/subakut- bergantung penyebab
|
Kronik: umumnya berbahaya- bergantung
penyebab
|
Bersamaan dengan perubahan hidup;
sering tiba-tiba
|
Lama
|
Singkat, gejala fluktuasi diurnal;
memburuk saat malam hari, atau dalam kegelapan dan saat bangun
|
Efek berlangsung lama- non diurnal; gejala
progresif namun relatif stabil dari waktu ke waktu
|
Efek diurnal, biasanya memburuk pada
pagi hari; fluktuasi situasional
|
Durasi
|
jam - kurang dari 1 bulan
|
Bulan sampai bertahun-tahun
|
Sedikitnya 2 minggu; dapat beberapa
bulan - tahun
|
Kewaspadaan
|
berfluktuasi
|
Umunya normal
|
Normal
|
Orientasi
|
Berfluktuasi dalam keparahan; umunya
terganggu
|
mungkin terganggu
|
selektif disorientasi
|
Ingatan
|
Saat ini dan gangguan yang segera
|
Saat ini dan gangguan terpisah
|
Selektif atau gangguan yang terkadang
muncul
|
Pikiran
|
Tidak teratur, distorsi, terpecah;
lambat atau di percepat
|
Kesulitan dengan sesuatu yang abstrak
|
Utuh
|
Persepsi
|
Distorsi; ilusi, delusi, dan
halusinasi
|
Mispersepsi seringkali muncul
|
Utuh: delusi dann halusinasi
seringkali muncul
|
psikomotor/aktivitas
mental
|
Bervariasi; hipokinetis, hiperkinetis
atau campuran
|
Normal
|
Normal atau hipokinetik minimal
|
Siklus
tidur-terjaga
|
Terganggu; siklus berbalik arah
|
terpecah
|
Terganggu; sering terjaga lebih awal
|
Temuan
EEG (elektroencepalograpi)
|
Berhubungan dengan tingkat stimulasi
|
Normal atau lambat
|
Normal
|
MMSE
(Mini-Mental State Examination )
|
Skor rata-rata 12
|
Skor rata-rata 7
|
Skor rata-rata 19
|
Gambaran
terkait
|
Perubahan variable emosional; gejala hyperarousal
otonom
|
Pengaruh cenderung dangkal, tidk
sesuai dan labil; deficit intelektual
|
Pengaruh depresi; dosporik mood;
keluhan yang detail dan dilebih-lebihkan
|
0 komentar:
Posting Komentar