Subscribe:

Nursing Science

^^Miracle Is Another Name For Hard Work^^ WELCOME,,MY FRIEND

Labels

Senin, 08 Oktober 2012

Keperawatan Gerontik



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN LANSIA
(SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN)

A.    Indonesia
1.                 1   Sosial
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan ataus adarakan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan atau pension juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko lansia untuk mengalami disablitas dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup.
Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

2.      Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiund an tidak dapat membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.
3.      Lingkungan
Perhatian spesifik harus diberikan pada lansia yang hidup dan tinggal di pedesaan dimana pola penyakitdapat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung. Urbanisasi dan migrasi untuk mencari pekerjaan membuat lansia semakin terisolasi di pedesaan dengan keterbatasan bahkan ketiadaan akses untuk pelayanan kesehatan.
Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhkan baik di kota maupun di pedesaan sehingga orang dengan segala usia dapat berpartisipasi secara penuh di keluarga dan kehidupan masyarakat. Ini sangat penting untuk lansia yang memiliki masalah mobilitas. Risiko-risiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cidera yang menyakitkan di antara lanjut usia. Cidera dari jatuh, terbakar, kecelakaan lalu lintas adalah yang paling sering (WHO, 2002).
Air yang bersih, udara yang bersih dan makanan yang aman terutama sangat penting untuk sebagian besar kelompok usia rentan dan mereka yang mempunyai penyakit kronisdan system kekebalan yang menurun.
B.     Islam
1.      Faktor Sosial Ekonomi
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”. (http://indonesian.irib.ir).
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia.
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
2.      Factor lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber finansial, serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya.
Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang.  Pada akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan aktif dalam kehidupan
C.    Di Beberapa Negara Maju
-       Amerika Serikat

Hasil penelitian di Amerika serikat mengungkapkan bahwa populasi penduduk yang berusia 64 tahun atau lebih mengalam peningkatan yaitu dari 37 juta pada 2006 menjadi 71,5 juta pada 2030. Menurut laporan 2,3 juta lansia Amerika menglami kemiskinan, untuk itu pemerintah Amerika meyediakan Asuransi Kesehatan Medicare untuk memudahkan lansia ke pelayanan kesehatan.  Selain factor ekonomi factor social juga berperan  penting di Amerika, penduduk lansia memiliki strata sosial di bawah kaum muda. Selain itu, factor lngkungan juga berperan penting, karena pertumbuhan industri di Amerika sangat tinggi sehingga risiko terpapar panas, mikroba dan polutan lainnya juga sangat tinggi untuk setiap penduduk termasuk lansia. Untuk mengatasi hal tersebut Amerika memiliki Environmental Protection Agency (EPA) mengatasi masalah air, climte change, emergencies, green living, health and safety, land and cleanup, pesticides, chemicals, and toxics, waste, and water.

-            Kanada
Pendapatan rata-rata untuk pria dan wanita usia 55 dan menurun. Penelitian di kanada menunjukkan bahwa lansia miskin/pendapatan yang menurun menunjukkan hubungan yang kuat dengan status sosial ekonomi, misalnya, tahun 1979 kanada survei kesehatan mengungkapkan bahwa di antara wanita yang berusia 70 dan atas, tingkat peradangan kronis hipertensi adalah dalam tertinggi kelompok sosial-ekonomi terendah dan tertinggi di antara orang-orang di kelas sosio-ekonomi. Selain itu, Orang-orang memiliki  pendapatan rata-rata terendah adalah dua kali lipat untuk meninggal  antara 65 dan 70 tahun sebagai orang dalam tertinggi laba bersih kelompok. Studi lain telah menunjukkan bahwa angka harapan hidup  dari orang yang hidup di garis kemiskinan yang lebih pendek dengan sembilan tahun dari mereka memiliki tetangga yang kaya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kanada memberikan jaminan kesehatan pada lansia dengan mengalokasikan dana sekitar 13,3 milyar. Selain factor ekonomi, faktor lingkungan memagang peranan penting, Negara maju memiliki industry yang maju pula sehingga resiko terpapar akibat lingkungan juga berisiko tinggi mengganggu kesehatan lansia.
-       Jepang
Masalah social ekonomi dan lingkungan di jepang juga menjadi masalah terhadap kesejahteraan lansia. Namun demikian,  Jepang menyediakan asuransi kesehatan nasiona yang mencakup hamper seluruh penduduk termasuk lansia, pada umumnya mereka membayar 70% dari biaya medis kecuali 30% untuk anak-anak dan lansia.  Namun , angka kejadian bunuh diri lansia akibat depresi tetap tinggi di jepang merasa kesepian serta tidak mendapat perhatian dari anak-anak mereka.
-          Australia
Secara empirik, pembangunan nasional (sosial-ekonomi) yang sedang berjalan serta keadaan lingkungan sekitar juga memiliki kontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat. Indikatornya tampak jelas dengan menurunnya angka kematian dan penyakit menular, yang diikuti pula meningkatnya angka harapan hidup.
Selama bertahun-tahun, negara Persemakmuran Australia telah melaksanakan banyak program yang bermanfaat bagi warga negaranya. Sebagai hasilnya, rakyat Australia secara umum menikmati standar hidup yang tinggi, kesehatan yang baik, dan sistem perawatan medis yang terbaik. Pemerintah mendanai banyak pelayanan medis dan farmasi di banyak rumah sakit umum maupun tempat perawatan lansia. Pemerintah Australia juga merupakan sumber dana utama bagi penelitian kesehatan dan pelatihan tenaga ahli dan teknisi di bidang perawatan kesehatan. Di australia orang lansia juga lebih diperhatikan. Mereka dapat menikmati layanan publik di tengah keterbatasan fisik yang dialami. Kebijakan terhadap orang lansia ditangani langsung oleh lembaga setingkat kementerian, seperti Departemen Kesehatan dan Lanjut Usia Australia. Program pemerintah australia sendiri mengalokasikan 1,2 milyar dolar untuk meningkatkan staff perawatan manula dan disediakan 270-juta dolar untuk penanganan dementia. Dengan fasilitas tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut.


-          Singapura
Singapura untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi kesejahteraan lanjut usia, fasilitas yang memadai dan ditunjang tenaga profesional sangat mendukung untuk  meningkatkan Pelayanan dan pemberdayaan Lanjut Usia. Tsao Foundation (Hua Mei Center) merupakan UPT  khusus lanjut Usia dengan ekonomi menengah keatas dengan fasilitas seperti rumah sakit, memiliki visi “ we envision a society for all ages that supports aktive ageing and values the contributions of older people. Sama halnya dengan Hua Mei Center, National Council of Social Service (NCSS) merupakan UPT yang berfocus pada adding colours to the lives of seniors, forgetfull but not forgetten, help for those help others, going beyond basic care memiliki sarana penunjang bagi kesejahteraan lanjut usia. Dengan sarana dan prasarana yang memadai tersebut pasti akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut.

Daftar Pustaka

Murata , Chiyoe  dkk . 2010. Barriers to Health Care among the Elderly in Japan www.ncbi.nlm.nih.gov/.../PMC2872  diakses tanggal 3 Oktober 2012

Nancy Miller Chenier Political And Social Affairs Division. The Health of The Canadian Elderly. www.publications.gc.ca/...r/.../bp351-e.html  Diakses Tanggal 3 Oktober 2012
Smith, Darrel. 2003. America’s Coming of Age.
Who. 2004. Health Of Eldrly and South-East Asia. www.searo.who.int/.../section1171_ Diakses Tanggal 2 Oktober 2012

Miracle Part II



Berbakti kepada orangtua akan mendatangkan keajaiban dan keberkahan dalam hidup. Allah akan memudahkan segala urusan kita. Allah akan senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada kita. Allah akan menganugerahkan rezeki berlimpah kepada kita. Bahkan, Allah akan memuluskan jalan kita meraih sukses di dunia dan akhirat.

SuJu


Super Junior


ini Janji ELF untuk SuJu...^^
Step 1:  First Album SuJu
TWINS

Step 2: Second Album SuJu
Don't Don

Miracle Part 1


and Than.....?

Perawat


 Haiii... Teman... Masih ingat foto ini....?

ini dia saat-saat kita angkat sumpah umtuk menjadi perawat-perawat yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

tapi disini juga lah TITIK AWAL saya menetapkan hati untuk menjadi PERAWAT

Selasa, 02 Oktober 2012

SAP nutrisi luka bakar


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan           : Nutrisi
Sub pokok bahasan     : Nutrisi Pada Luka Bakar
Hari/tanggal                : Sabtu, 7 Juli 2012
Jam                              : 11.00-11.15 WIB
Tempat                        : Ruang 404 (combustio) RSF
Sasaran                        : Klien dan Keluarga
Penyuluh                     : Nining Ratnasari

 

I.                   TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan klien dan keluarga dapat mengetahui nutrisi yang perlu diberikan kepada penderita luka bakar.

II.                TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat :
1.      Menyebutkan pengertian dari nutrisi
2.      Mengerti tujuan pemberian diet pada luka bakar
3.      Mengetahui pentingnya protein untuk penyembuhan luka
4.      Mengetahui pentingnya asupan cairan untuk keseimbangan cairan tubuh

III.             SASARAN
Keluarga dan pasien yang mengalami luka bakar yang berada di ruang 404 (combustio) RSF. 

IV.             PEMBAHASAN MATERI
·         Pengertian  Nutrisi
·         Tujuan diet pada luka bakar
·         Pentingnya protein
·         Pentingnya asupan cairan
V.                METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

VI.             MEDIA

·         Leaflet


VII.          KEGIATAN PENYULUHAN

No.
WAKTU
KEGIATAN PENYULUH
KEGIATAN PESERTA
MEDIA dan METODE
1.
2
Menit
Pembukaan :
·         Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
·         Memperkenalkan diri
·         Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
·         Menyebutkan materi yang akan diberikan

·        Menjawab salam

·        Mendengarkan
·        Memperhatikan

·        Memperhatikan
Ceramah
2.
9
menit
Pelaksanaan :
·         Menjelaskan tentang pengertian nutrisi
·         Menjelaskan tentang tujuan diet luka bakar
·         Menjelaskan tentang perhitungan kebutuhan nutrisi luka bakar



·         Memperhatikan

·         Mendengarkan

·         Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

Ceramah


3.
4
Menit
Penutup:
·         Member kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.
·         Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan, dan reinforcement kepada keluarga yang dapat menjawab pertanyaan.
·         Mengucapkan salam penutup

·        Mengajukan pertanyaan
·        Menjawab pertanyaan
·        Menjawab salam
Leaflet dan Tanya jawab

VIII.       KRITERIA EVALUASI
1.      Evaluasi Struktur
·         Rencana kegiatan dan penyaji materi penyuluhan dipersiapkan dari sebelum kegiatan
·         Kesiapan SAP.
·         Kesiapan media: Leaflet.
2.      Evaluasi Proses
·         Klien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
·         Waktu sesuai dengan rencana (15 menit)
3.      Evaluasi Hasil
·         Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian  Nutrisi
·         Keluarga dan pasien  mengetahui tentang manfaat protein untuk penyembuhan luka
·         Mampu menjawab pertanyaan tentang pentingnya asupan cairan








IX.             DAFTAR PUSTAKA

Bernadi, Rakhmat & Karina. 2003. Menyikapi Luka Bakar.http://www.sinarharapan.co.id
Nadesul, Handrawan, Dr. 2002. Bagaimana Merawat Luka Bakar.http://www.kompas.com dikses pada 6 July 2012 pukul 17.30
Pacu Gizi Korban Luka Bakar. 2008. http://www.jawapos.co.id dikses pada 6 July 2012 pukul 18.00
Samsuridjal, Dzauji, Dr. 2007. Nutrisi pada Pasien di Rumah Sakit.http://cahya.sayanginanda.com dikses pada 6 July 2012 pukul 17.00
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah,  Edisi Revisi. Jakarta:  EGC 
www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM dikses pada 6 July 2012 pukul 18.00



pembahasan masalah

A.    pengertian
·         Nutrisi atau zat makanan adalah merupakan bagian dari makanan termasuk didalamnya air, protein dan asam amino yang membentuknya, lemak dan asam lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Reksoprodjo, 1999).
·         Nutrisi adalah semua makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh baik untuk memepertahankan keseimbangaan metabolisme ataupun sabagai pembangun.(www.woundpedia.com)
B.     Penetapan Diet
1.      Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2.       Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
Ø  Ikan sebagai sumber protein hewani,
Ø  Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
Ø  Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam, lobak, pepaya,dll
3.      Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
4.      Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup, dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh
5.      Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air kecil pada malam hari
6.      Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit tetapi sering.

C.    TUJUAN DIET TKTP PADA LUKA BAKAR
Diet TKTP yaitu diet yang mengandung energy dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa/lunak (tim/bubur) di tambah bahan makanan sumber protein seperti, susu, telor, daging, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
Tujuan diet :
·         Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang membantu untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
·         Menambah BB hingga mencapai Berat Badan normal.
Syarat diet :
·         Energy tinggi yaitu, 35-40 kkal/kgBB
·         Protein tinggi, yaitu 1,2 gr/kgBB
·         Lemak cukup, yaitu 20-30 %dari kebutuhan energi ketat
·         Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
·         Makanan diberikan dalam bentuk mudah cara
Diet TKTP diberikan :
·         Kurang energy protein (KEP)
·         Sebelum dan sesudah operasi tertentu multi trauma, serta selama radioterapi dan kemoterapi.

D.    CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI PADA PASIEN LUKA BAKAR
1.      Penilaian Stress Metabolik
a.       Luas luka bakar
b.      Gula darah sewaktu
c.       Nitrogen urea urine
2.      Pemenuhan Kebutuhan Energy Total
KET (kkal) = KEB + FAKTOR STRES + AKTFITAS
Keterangan :
KET          : Kebutuhan Energy Total
·         Besar faktor perkalian untuk faktor stress sesuai dengan luas luka bakar :
Luas Luka Bakar (%)
Faktor Stres
20 – 29
1.50 – 1.69
30 – 39
1.70 – 1.84
40 – 49
1.85 – 1.94
≥ 50
2.0
·         Kebutuhan Energy Untuk Aktivitas
0 % = dari kebutuhan bila tirah baring
5 % = dari kebutuhan bila dapat duduk
10 % bila bisa berdiri di sekitar tempat tidur
3.      Penentuan kebutuhan basal
·         Persamaan Harrist- Benedict
Laki-laki:
KEB (kkal) = 665 + 13.7 BB + 5.0 TB – 6.8 U
Perempun :
KEB (kkal) = 665 + 9.6 BB + 1.8 TB – 4.7 U
Keterangan :
·         KEB          : Kebutuhan Energy Basal
·         BB             : Berat Badan (Kg)
·         TB             : Tinggi Badan (Cm)
·         U               : Usia (Tahun)

E.      BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN DAN TIDAK DIANJURKAN
Ø  Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan sumber energi dan protein seperi susu, telur, daging, ayam, dan keju, serta gula pasir, dan sirup.
Ø  Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan hiperalergik seperti udang.

Powered By Blogger

CursorLove